Monday, December 28, 2009

Harapan Untuk Sidang Sinode GBKP 2010


Makam Missionaris J.H. Neumann Di Sibolangit.

Menjelang Sidang Sinode April 2010 mendatang, sebagai jemaat tentu menaruh banyak harapan bisa memberi perubahan yang signifikan untuk perubahan GBKP ke depan yang lebih baik, setidaknya lima tahun yang akan datang. Terlebih begitu besar dana dan waktu yang dibutuhkan guna melaksanakan proses pengambilan kebijakan tertinggi di gereja kita. Ribuan peserta akan meluangkan waktunya dan miliaran dana akan dibelanjakankan (Maranatha edisi November). Apakah hal ini akan memberi dampak yang setimpal dengan daya dan upaya itu?

Kondisi masyarakat terus berubah dan cendrung semakin kritis dengan berbagai hal dalam kehidupan ini. Keterbukaan atau transfaransi, keberdayagunaan atau efesiensi serta produktivitas sering menjadi tolok ukur dalam menyikapi bermacam permasalah kehidupan kita. Meskipun dalam konteks ini kita berbicara dalam soal relegiusitas, soal yang imajiner yakni kerohanian. Tetapi dalam beberapa hal tolok ukur seperti: transfarasi, efesiensi, dan produktivitas saya kira perlu dipertimbangkan dalam membawa gereja ke arah yang lebih baik. Apa saja hal yang lebih baik?

1. Jumlah jemaat meningkat bukan dari angka kelahiran saja, tapi hasil dari pelayanan.
2. Tingkat kehadiran kebaktian/PJJ/PA Kategorial naik diatas 60%
3. Jumlah dan tingkat pendidikan pendeta memadai.
4. Transfaransi keuangan runggun, klasis, moderamen bisa dipertanggung-jawabkan.
5. Program pelayanan yang real, bisa dilaksanakan dan bermanfaat untuk jemaat setempat, spesifik menurut kondisi runggun setempat, dst.

Saya baru saja membaca buku The Jack Welch Secrets karya Stuart Crainer mungkin bisa memberikan bahan pemikiran bagi kita. Jack Welch adalah peminpin korporasi raksasa yang melegenda karena mampu membawa perubahan yang fantastis. Ia seorang CEO dari General Electric dengan jumlah karyawan lebih dari 300.000 orang berada di berbagai negara, itu pun setelah dilakukan rasionalisasi terhadap 180.000 orang lainnya. Langkah-langkah yang diambil seringkali menjadi topik di berbagai media dan hasilnya tahun 1997 ia mencetak keuntungan US$ 12, 735 juta atau setara dengan Rp 127 trilyun. Bandingkan dengan APBN Indonesia tahun 1997 hanya Rp 95,8 trilyun.

Mungkin sementara kita kurang setuju dengan mengambil sistem korporasi diaplikasikan di organisasi sosial seperti gereja. Baik itu benar, namun saya berpendapat, hal-hal yang baik di dunia usaha bila perlu bisa diaplikasikan dalam hal upaya atau usaha pencapaian tujuan. Tentu organisasi sosial juga memiliki tujuan seperti perusahaan yang mencari laba. Upaya seperti transparansi, efesiensi dan produktifitas saya kira masih sejalan dengan firman Tuhan.

Dari buku tentang Welch dituangkan beberapa pemikirannya yang mungkin bisa bermanfaat bagi kita.

Berinvetasi pada manusia. Ia melihat hal terpenting dalam organisasi itu adalah manusia. Manusia menjadi sangat berguna setelah dilatih dan memberikan kinerja yang baik pula. Begitu pentingnya ia melihat setiap insan yang ada dalam organisasinya, sehingga ia banyak memberikan waktu untuk bertatap muka langsung hingga ke jajaran yang rendah sekali pun. Interaksi yang intens memberi banyak informasi yang ia butuhkan. Namun ia juga tak ragu melakukan rasionalisasi, tentu terhadap karyawan yang produktivitasnya rendah. Hal terakhir mungkin terasa sulit diterapkan di gereja, karena dasarnya kasih.

Pikirkan Pelayanan. Dalam tingkat persaingan yang sangat tinggi maka pelayan adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi. Ketika persaingan dan transparansi semakin meningkat hanya dengan pelayanan yang baik yang mampu bertahan. Akankah orang ke GBKP hanya karena ia orang Karo sementara di tempat lain pelayanan baik secara rohani dan materil sangat baik.

Lupakan masa lalu, cintai masa depan. Ungkapan ini mungkin masih perlu kita belajar lebih banyak, terlebih bagi kita yang suka melihat masa lalu. Banyak pameo orang Karo yang menunjukkan kita suka terhadap masa lalu. Ise kin si Anu ah, ninina pe kutandai nge…umpamanya. Sementara ada ungkapan orang Inggris mengatakan, My interest is in the future, cause I will spend the rest of my life there. (Minat saya adalah masa depan, karena saya akan menghabiskan sisa hidupku di sana ). Welch menggemari hal-hal yang berbau teknologi.

Fokus. Satu hal yang berbeda dari kebanyakan orang adalah Welch fokus terhadap pekerjaannya. Pekerjaan yang fokus tentunya menghasilkan sesuatu yang maximal tentunya. Seorang pelayan tentu tak bisa sambil-sambilan dalam melayani. Bisa diterima bahwa semua pendeta yang berhasil dalam pelayanan dan menjadi berkat banyak orang karena ia hanya fokus terhadap pelayanannya.

Hilangkan Birokrasi. Dalam arus informasi yang sangat cepat dewasa ini kecendrungan banyak organisasi memangkas birokrasi. Ini mungkin karena pertimbangan penghematan biaya maupun waktu. Mungkin dalam hal ini, patut dipertimbangkan untuk menyetop pertambahan klasis kalaupun tidak bisa menguranginya. Berapa alokasi biaya yang dikeluarkan di setiap klasis dan seberapa besar urgensinya terhadap pelayanan itu sendiri serta hasilnya seperti apa? Hal ini perlu terus dievaluasi, supaya jangan terjadi ti tingkat klasis hanya tempat ‘parkir pendeta-pendeta’. Di sisi lain masih hampir separuh gereja GBKP belum ada PKPW. Di Medan ada beberapa klasis, di Kabanjahe ada beberapa klasis, di Jakarta ada dua klasis. Mungkin usul saya dibuat menjadi regional saja.

Namun demikian, Moderamen tetap menjadi penting sebagai pusat pengambil kebijakan untuk urusan eksternal dan internal organisasi, dan di runggun merupakan sentral pelayanan maka di tingkat runggunlah yang perlu lebih banyak dilakukan program kerja. Demikian buah sumbangan pemikiran saya, semoga memiliki arti bagi pembaca sekalian.